Kontak Redaksi, 03170878086 / 081357333777. yani elbanis

Selasa, 19 Februari 2008

Penyeberangan Gresik Bawean Lumpuh


Puluhan Penumpang Dua Pekan Hidup di Atas Kapal

SUARAHATI, gresik- Penyeberangan Gresik-Bawean atau sebaliknya saat ini masih lumpuh. Praktis sejak dihentikannya karena cuaca dange lombang laut buruk pada dua minggu lalu, ratusan penumpang yang akan ke Bawean tertahan di Gresik. Sebagian diantara mereka berada di penginapan sekitar pelabuhan atau numpang di sanak sudaranya.

Namun, bagi mereka yang tidak memiliki sanak saudar atau bekal yang cukup, harus rela menginap di dalam kapal. Makan mereka juga seadanya. Itu pun karena pemberian Anak Buah Kapal (ABK). "Kami bersama 40 penumpang lainnya selama ini hidup di dalam kapal. Untuk makan kami mengharap belas kasihan ABK," terang salah seorang penumpang Ridwan (23) warga Tambak, Selasa (19/2).

Dikatakan, saat gelombang pasang sedianya, Kapal Motor (KM) Harapanku Mekar akan berangkat ke Bawean. Namun, pihak Adpel Gresik melarangnya, dengan alasan gelombang pasang dan cuaca buruk. "Saat itu perairan Bawean tingginya ombak sampai 4 meter. Sekarang, informasinya juga masih tinggi dan cuacanya buruk," tambahnya.

Bahkan, lanjutnya, banyak warga Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapu dan kebetulan pulang, tapi, karena tidak ada kapal yang berangkat akhirnya langsung balik lagi ke tempat kerjaannya. Dua orang Bawean dari Malaysia dan 3 orang yang bekerja di Singapura sudah satu minggu ini tertahan di Gresik. "Karena tidak ada kepastian kapan kapal berangkat akhirnya langsung balik lagi," sela Suaib, penumpang lainnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Gresik Sutarji menjelaskan penundaan keberangkatan kapal penumpang ke Bawean diperkirakan hingga Rabu (20/2) besok. "Kalau dari BMG sudah ada lampu hijau perihal kondisi cuacanya memungkinkan, Rabu (20/2) KM Harapanku Mekar akan berangkat, sehari kemudian kapal cepat Bahari Ekspress juga diberangkatkan," jelas Sutarji.

Ditambahkan, Bupati Robbach Ma'sum telah memerintahkan Dishub segera berkoordinasi dengan Armatim meminjam kapal perang milik TNI AL kalau ternyata Rabu lusa masih belum ada kapal reguler yang berangkat ke Bawean. "Secara lesan kami sudah melakukan koordinasi, tinggal mengirim surat tertulisnya saja," tambah Sutarji.

Minta Jatah Bantuan Banjir
Karena sudah kehabisan bekal dan pihak kapal sendiri sudah tidak sanggup memberikan makan, 40 penumpang yang bertahan di dalam kapal nekat meminta jatah beras dan mie untuk korban banjir yang sedianya akan dikirim ke Bawean. "Ini terpaksa kami lakukan. Jika tidak kami akan kelaparan, karena sudah tidak memiliki bekal lagi," terang Chiruddin, penumpang lainnya.

Setelah melakukan koordinasi dengan Camat Tambak Sofyan, akhirnya penumpang yang ada di dalam kapal diberikan dua sak beras (50 kg-Red) dan dua dus mie. Bahan makanan itu langsung diserahkan ke dapur KM Harapanku Mekar untuk dimasak. Sebetulnya, mereka juga meminta jatah bahan makanan ke Camat Sangkapura, namun, pihak kecamatan tidak membolehkan. "Untungnya Camat Tambak berbaik hati dan memberikan bantuan," tegas Umi, penumpang asal Desa Daun.

Lombok Tembus Rp 100 Ribu/KG
Akibat terhambatnya pelayaran ke Bawean selama dua pekan ini, harga kebutuhan pokok sembako di pulau berjarak 81 mil dari Gresik itu langsung meroket. "Harga rempah-rempah yang naiknya sangat tinggi, untuk bahan makanan lainnya masih bisa terkendali," ungkap salah seorang warga Bawean, Abdul Basith Karim, Selasa (19/2).

Ditambahkan, dalam sepekan ini, pasca tidak ada pelayaran dari Gresik, harga-harga kebutuhan pangan di sejumlah toko dan pasar naik terus. Bahkan, kini harga lombok mencapai Rp 100 ribu/kg padahal sebelumnya harganya berkisar Rp 40 ribuan per kg.
Kenaikan harga juga terjadi pada bawang merah, semula harganya 14 ribu/kg, tapi, sekarang naik menjadi Rp 40 ribu/kg, telur ayam buras naik menjadi Rp 2.000 per biji dari harga normal Rp 700/biji. "Memang semua naik mas, karena tidak ada kiriman dari daratan," terang Yusuf pedagang Pasar Kotakusuma Sangkapura yang dihubungi Selasa (19/2) pagi tadi.

Nelayan Hilang Belum Ditemukan
Sementara itu dua orang nelayan, Muhammad (35), dan Amir (30) warga Bawean yang hilang saat melaut Sabtu (9/2) lalu hingga kini belum ditemukan. Pencarian sudah dilakukan, namun, belum membuahkan hasil. Keluarga hanya bisa pasrah akan nasib mereka. "Kami dan warga lain sudah berusaha mencarinya, namun belum juga ketemu,"terang salah seorang keluarga, Abdul Basith Karim yang Ketua LSM Gerabang Bawean ini.

Keluarga, lanjutnya, selain mengerahkan warga untuk ikut mencarinya, juga minta petunjuk orang pintar. Sejumlah ritual telah dilakukan, tapi, masih belum membuahkan hasil. Keluarga berharap, jika keduanya sudah meninggal inging menguburkan jasadnya dengan baik. "Sukur kalau memang mereka masih hidup," tuturnya. Biasanya, lanjut Basith, keduanya melaut hanya sehari, berangkat pagi dan sore hari sudah pulang. Keduanya hanya menggunakan perahu tradisonal, sehingga sulit untuk dilacak keberadaannya. Imam Suroso
 

blogger templates | Make Money Online